Pages

BINTANG

Rabu, 10 Februari 2016


“Kita semua. Pasti punya seseorang yang kita suka secara diam-diam. Saat kita ingat orang itu, kita merasa.. hmm seperti sesak di dada. Tapi kita terus menyukainya. Walaupun aku tidak tahu dimana dia sekarang. Apa kabarnya? Tapi dialah yang membuatku seperti ini. Hal kecil yang disebut cinta.”

A little thing called love. Film asal dari Thailand ini menginspirasikanku untuk menceritakan cinta pertamaku. Yang belom tahu film ini, nonton dulu deh ya:p

Cerita cinta di masa sekolah. Iya, setiap orang pasti punya seseorang yang kita sukai secara diam-diam. Termasuk aku sendiri. Demi dia (orang yang kita sukai) kita bahkan bertindak bodoh. Dia orang yang kita sukai ini, bisa jadi kakak kelas, adik kelas, bahkan temen sekelas.

Untuk melihat dia, kita mencari-cari alasan ke guru buat ke kamar mandi tapi sebenernya kita cuma lewat depan kelas sambil melirik dia sedang belajar. Mengintip di dalam kelas jika dia lewat depan kelas kita. Duduk di balkon kelas sambil memperhatikan dia sedang berolahraga di lapangan. Sengaja duduk dekat dengan meja kantin dia, mengirim salam lewat radio sekolah, meminta nomer handphone dengan teman dia, dan teriak memanggil dia lalu lari/mengumpat. (aku serius pernah ngelakuin ini semua) Hehe

Terkadang, kita terlalu cepat mengartikan yang kita rasakan itu cinta. Sebenarnya semua itu bukan wujud dari “aku sayang dia” tapi “aku mengagumi dia”. Dari mengagumi juga bisa tumbuh cinta. Pasti.

Ini kisahku sewaktu SMP saat menyukai Bintang (nama disamarkan) teman satu sekolah dan teman sekelasku. Terkesan aneh sih ya. Pasti kalian fikir “Anak SMP kok cinta-cintaan,” tapi memang itulah kenyataannya.

Aku pernah berkali kali mengaggumi seseorang. Entah apa yang aku suka darinya, tapi rasa senang yang meluap-luap itu keluar jika melihatnya. Dia bukan ketua kelas, osis, atau anak eskul yang populer. Bukan. Dia hanya cowok yang termasuk kelompok anak-anak populer.

Rasa ini dimulai sejak aku kelas 2 SMP, kita kebetulan sekelas. Awalnya aku gak tahu sejak kapan mulai menyukainya. Sampai suatu saat, aku menyadari bahwa aku suka dia. Dia orang yang pendiam, gak banyak tingkah, termasuk gak terlalu pintar dikelas sih. Tapi aku sangat suka ketika dia bermain futsal saat jam olahraga. Kakinya yang lihai menggiring bola ke gawang dan keringat dia yang meleleh saat kepanasan membuat aku ikut meleleh dibuatnya.

Jujur aku sama sekali gak penah berkomunikasi dengan Bintang. Apalagi mengobrol. Tapi tak jarang aku dan Bintang saling berpandangan tanpa sengaja. Apa Bintang juga suka sama aku? Apa Bintang merasakan hal yang sama aku rasakan? Apa Bintang tahu kalau aku suka dia? Aku pun gak tahu.

Aku duduk di bangku kedua dari depan, sedangkan bintang duduk di pojok kelas bersebrangan dari tempat duduk-ku. Aku sering mengobrol di bangku belakang saat jam istirahat dan Bintang juga sering duduk gak jauh dekat tempat duduk aku. Itulah mengapa aku bilang dia suka curi-curi pandang ke aku.

Aku ini kebanyakan mimpi. Mana mungkin sih cowok seperti Bintang suka sama aku. Aku yang kuper, kurang populer, jelek, gak pintar, dan agak gendut. Aku hanya cewek dari kalangan biasa.
Setahun sudah aku menyimpan perasaan ini ke Bintang, tanpa dia tahu dan tanpa pergerakan sama sekali. Aku sengaja mengubur perasaan ini dalam-dalam ke Bintang. Karena aku sadar, aku gak pantas untuknya.

Saat kenaikan kelas pun tiba..

“Ri, kelas lo di 92. Kita sekelas,”
“Lo tau darimana, Tik?”
“Di depan kelas gue liat daftar siswanya,”

Tanpa disadari aku sedikit lari karna penasaran, apakah Bintang sekelas lagi denganku atau tidak. Aku mencari nama siswa siswi kelas 92, aku mengurutnya satu persatu. Dan.. aku sekelas lagi dengannya. Senangnya, hatiku loncat kegirangan.

Singkatnya, aku dan Tika duduk sebangku dan kebetulan kami duduk di bangku nomor 3. Dan Bintang duduk di bangku nomor 4 dibarisan sebelah bangku kami. Aku puas bisa melihat dia lagi, aku masih punya waktu untuk bertemu Bintang sampai setahun sebelum lulus dan mungkin aku tidak bisa melihatnya lagi.
Hampir setiap hari aku mencari celah agar bisa menengok kebelakang, entah untuk menanyakan PR ke teman belakangku ( kebetulan teman belakangku pintar ) atau hanya sekedar mengobrol saja. Bintang masih tetap sama. Diam dan tenang. Oke tidak apa-apa aku menanggung rasa ini sendirian. Toh aku pun menikmati rasa ini.

 Di jam istirahat..

“Ri, kita ada pelajaran PKN kan hari ini? Lo udah kerjain PR?” tanya Tika
“Udah kok, lo udah?”
“Udah juga. Eh gue mau jajan dulu ya. Mau ikut gak?”
“Ngga, gue dikelas aja,”
“Yaudah,”

Tika keluar kelas. Keadaan dikelas lumayan ramai tetapi banyak murid yang sibuk sendiri dengan teman akrab masing-masing. Posisi duduk ku berubah miring sebelah kiri, berharap lihat Bintang. Lagi apa ya dia di jam istirahat?
Bintang tak ada di bangkunya. “Hm, mungkin dia lagi sama teman se gengnya” pikirku.

Aku kembali duduk berpangku tangan dan mulai berkhayal tentang Bintang. Eits, bukan berkhayal yang kalian maksud ya. Aku berkhayal andaikan aku dan Bintang saling akrab. Pasti seru banget.
Mungkin ini lagu yang pas untuk mewakili perasaan aku ke Bintang..

Monita – Kekasih sejati
Aku yang memikirkan
Namun aku tak banyak berharap
Kau membuat waktuku
Tersita dengan angan tentangmu

Mencoba lupakan
Tapiku tak bisa
Mengapa begini?

Oh mungkin aku bermimpi
Menginginkan dirimu
Untuk ada disini menemaniku

Oh mungkinkah kau yang jadi
Kekasih sejatiku
Semoga tak sekedar harapku

Bila kau menjadi milikku
Aku takan menyesal
Telah jatuh hati

Bintang masuk kelas dan berjalan ke arahku. Aku gak menyangka sama sekali. Duh, aku harus bersikap gimana. Dan sampai akhirnya dia duduk dibelakang ku. Sial aku harus apa kalau sudah seperti ini. Aku harus membuka pembicaraan ini, aku gak mau kita saling diam. Sampai akhirnya aku memberanikan diri dan membalikan badan ke Bintang. Satu-satunya kata yang terucap dari mulutku ini adalah..

“Lo udah kerjain PR PKN?” tanyaku sambil agak takut. Takut kalau aku dicuekin begitu saja.
“Udah kok, lo udah?” jawabnya tenang. Badannya agak sedikit berkeringat. Tapi duduknya sangat santai.
“Udah kok,”

Kriiiing.. kriiing..
Bel istirahat selesaipun berbunyi. Ah sial sekali. Aku sama sekali menyesal kenapa aku tanya hal yang sepele ke dia. Bodohnya aku gak ambil kesempatan mengobrol lebih banyak dengan Bintang. Eh tapi tunggu dulu, kalaupun aku punya waktu lebih lama dengannya, aku juga gak tau mau bicara apa ke dia.


Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan. Gak terasa waktu cepat berlalu. Jadi, angkatanku berencana untuk mengadakan BTS (Buku Tahunan Sekolah). Kelasku memutuskan untuk hunting foto BTS di Kota Tua. Kami janjian di warung samping sekolah dan salah satu dari teman kami mencari angkutan untuk kesana. Saat itu, Bintang memakai kaos putih dan luarannya dia memakai kemeja yang putih. Aku sendiri memakai dress coklat tali kain dengan bawahan batik- batik yang digabungkan. Karena aku memakai jilbab jadi tak lupa aku memakai manset. Tema yang kita ambil adalah klasik tapi bebas.

Akhirnya setelah lama menunggu, temanku dapat charter metro mini yang muat untuk satu kelas. Kami berangkat ke Kotu siang hari. Sampai-sampai teman sekelasku yang  perempuan make upnya sampai luntur karena saat itu panas dan macet.

Tengah hari kita hunting foto, dan foto-foto bebas bersama. Ah, aku juga foto sama Bintang, tapi berbarengan sekitar 10 orang. Aku di bagian tengah sementara Bintang foto di pinggir:’D gak apa yang penting foto bareng Bintang hehe

Hunting foto pun selesai. Anak-anak yang lain berpencar mencari makan. Aku masih berfoto dengan teman terdekat. Aku juga foto dengan teman sebangku Bintang. Sementara, Bintang sendiri gak tahu dimana. Setelah mengelilingi Kotu, akhirnya kita sepakat untuk makan kerak telor di pinggir jalan, dan Bintang ikut makan juga disana.

Wah, makan pertama kali dengan Bintang hihi. Ya walaupun gak saling berhadapan tapi saat itu aku senang sekali. Bintang duduk didepanku, makan kerak telor dengan lahap sambil sesekali bercanda dengan temannya. Aku sibuk makan dan sekali kali-curi waktu untuk memandangnya. Dan kita foto-foto lagi, sekarang posisi aku dibelakang bintang. Cuma muka aja yang kelihatan. Sudah lama sekali sampai aku lupa siapa yang mengambil foto itu.


Aku lupa kesan apa yang membekas tentang Bintang. Tetapi ada satu yang membuat aku senang campur sedih. Saat itu, praktik pelajaran olahraga. Nilai yang diambil adalah permainan basket. Bagaimana tehnik membawa bola basket dan memasukannya ke gawang. Tiba giliran aku yang maju untuk praktik, aku mulai membawa bola dengan perlahan. Dan, tiba-tiba teman sebangku Bintang,

“Cie Bintang.. cieee~” dia berteriak pelan memanggil Bintang dan melihat ke arahku, aku sangat jelas dengar teriakan itu.

Aku gak tahu apa maksud dari temannya berteriak seperti itu. Apa dia tahu kalau aku suka Bintang? Ah tapi aku sama sekali gak cerita ke siapa pun tentang perasaan ini. Apa dia tahu aku suka Bintang karena tindakan aku ke Bintang? Tapi, aku juga gak melakukan hal special apa apa kok ke Bintang. Hanya melihatnya dari jauh. Itu saja. Apa Bintang suka aku? Hmm yang benar saja, tapi aku sedikit berharap begitu. Kalau begitu berarti cinta aku gak bertepuk sebelah tangan.

Aku senang, sangat senang. Senang karena aku tahu sebenarnya Bintang juga memperhatikan aku. Aku memang kege-eran. Sayangnya, senang itu hanya sekilas saja. Semenjak kejadian itu, Bintang berubah. Aku merasakan perubahan itu. Bintang lebih cuek. Iya aku tahu, Bintang memang cuek. Tapi kali ini cueknya berbeda. Bintang sengaja menjauhiku.

Beberapa hari setelah kejadian itu. Aku jalan di lorong sekolah. Kantin dan perpustakaan di sekolah ku berdekatan. Hanya dipisahkan oleh ruang laboratorium. Saat itu aku baru saja keluar dari perpustakaan. Dari jauh aku sudah melihat Bintang jalan menuju ke arah kamar mandi samping perpustakaan. Tetapi saat Bintang melihatku, dia berbalik arah. Jujur, aku sedih. Aku ingin tanya teman sebangku Bintang, soal kejadian saat jam Olahraga. Aku bisa apa, aku gak punya keberanian yang sebesar itu. Aku juga sadar diri, aku ini siapa.


“Eh, tahu gak? Bintang kan jadian sama Putri,” ucap Rida
“Masa sih?” tanya Tika
Aku kaget sekaligus sedih.
“Putri, kelas berapa?” tanyaku, karena nama putri itu ada dua di angkatanku.
“Ituloh anak 93,”
“Lo tahu darimana?” tanya temanku yang lain.
“Orang anak-anak se geng mereka lagi rame kok, nge-cie-in Bintang sama Putri,”

Belum juga dekat dengan Bintang, tapi Bintang sudah punya pacar. Dibanding aku, Putri memang jauh lebih segalanya. Jelas Bintang lebih Putri. Putri cantik, populer, pintar, dan sempurna. Ah aku sedih, benar-benar. Hari itu aku sama sekali gak semangat. Perasaan aku campur aduk.

Sekolah mengadakan kegiatan perpisahan di Jogja. Semua murid diharapkan ikut. Mungkin kegiatan ini bisa menjadi moment untuk aku dekat dengan Bintang. Mungkin kegiatan itu bisa jadi moment untuk aku melihat Bintang untuk terakhir kalinya. Saat lulus nanti, mana mungkin aku bisa bertemu dengannya lagi. Aku ingin sekali ikut tapi orang tuaku saat itu gak ada uang. Oke aku gak bisa maksa kalau memang ini keadaannya.

Pedihnya lagi, aku melihat foto Bintang dengan Putri bergandengan tangan. Angel foto itu diambil dari belakang oleh teman Bintang secara diam-diam. BTS yang direncanakan juga batal. Padahal BTS mungkin menjadi barang satu-satunya kenang-kenangan aku dan Bintang.

Menyakitkan memang rasanya melihat orang yang kita suka, bahagia dengan orang lain. Aku gak bisa ngomong apa-apa lagi. Aku sedih tapi gak bisa berbuat apa-apa. Mungkin aku harus membuang perasaan ini ke Bintang, cinta pertamaku.

Bintang, kamu memang seperti Bintang yang ada di langit. Tak bisa aku genggam. 

Ps: semua nama yang di tulis disini merupakan nama-nama samaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS